PENGARUH
AMMONIA TERHADAP BUDIDAYA IKAN ATAU UDANG
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kegiatan budidaya organisme akuatik terutama budidaya ikan mulai beralih dari
sistem tradisional ke sistem intensif. Budidaya perikanan intensif yang
menggunakan padat penebaran dan dosis pakan yang tinggi, berakibat pada cepat
menurunnya kualitas air budidaya karena tingginya buangan metabolit dan sisa
pakan. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan menghasilkan produk sampingan yang sangat
toksik yaitu amoniak (Sidik, et al.,
2012).
Menurut
Hepher dan Pruginin (1981) dalam Effendie, et al (2006), peningkatan kepadatan akan
diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical
standing crop) dan pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan berhenti (carrying capacity). Untuk mencegah
terjadinya hal
tersebut, peningkatan
kepadatan harus disesuaikan dengan daya
dukung (carrying capacity).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
carrying capacity antara lain adalah kualitas air, pakan dan
ukuran ikan. Pada keadaan lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi,
peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil (produksi).
Kualitas
suatu perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
survival dan pertumbuhan makhluk hidup
di perairan itu sendiri.
Lingkungan yang baik
(hiegienis bagi hewan diperlukan
untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya (Minggawati dan
Saptono, 2012).
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengaruh ammoniak terhadap pertumbuhan
dan perkembangan ikan
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
terdapatnya ammoniak dalam suatu perairan
3) Untuk mengetahui dampak negatif dan positif terhadap
keberadaan ammoniak di perairan
4) Untuk mengetahui kisaran ammoniak yang baik untuk
budidaya perairan
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah pengaruh Ammoniak terhadap Pertumbuhan
ikan atau udang yaitu untuk
mengetahui dan memberikan informasi kepada masyarakat dan lembaga terkait
mengenai kadar optimum untuk pertumbuhan
ikan dan udang, juga manfaat dan kerugian terhadap keberadaan ammoniak dalam
perairan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Ammonia
Amonia
merupakan hasil katabolisme
protein yang diekskresikan oleh
organisme dan merupakan
salah satu hasil dari
penguraian zat organik oleh
bakteri. Amonia di dalam
air terdapat dalam
bentuk tak terionisasi (NH3)
atau bebas, dan
dalam bentuk terionisasi
(NH4) atau ion amonium (Dinas
Perikanan,1997 dalam Umroh, 2007).
2.2
Pengertian
Pertumbuhan
Menurut Effendie (1997) dalam Silaban
(2012), Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai penambahan
ukuran panjang dan berat suatu individu atau populasi dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Effendie, et al (2006), Pertumbuhan adalah gambaran perubahan bobot dan panjang rata-rata individu
pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan. Pertumbuhan panjang
mutlak (cm) ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir (Lt) dengan panjang
awal (Lo) pemeliharaan.
2.3
Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Menurut
Silaban et al (2012), Pertumbuhan
ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Effendi, 2000). Faktor
internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri dan
sulit untuk dikontrol seperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi
keturunan, jenis kelamin, kemampuan memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap
penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan
tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak,
ketersediaan nutrient dan penyakit.
Menurut
Christensen (1989) dalam Sidik, et al (2002),
menyatakan bahwa pada padat penebaran yang tinggi, ruang gerak ikan menjadi
sempit sehingga kompetisi terhadap oksigen dan pakan menjadi meningkat.
Akibatnya pertumbuhan ikan akan terhambat. Kepadatan yang tinggi juga
mempercepat penurunan kualitas air budidaya, akibat akumulasi metabolit dan
sisa pakan, sehingga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan.
2.4
Parameter
Ammonia yang Optimum Untuk Budidaya Ikan
Kordi
(2009) dalam Silaban et al
(2012), yang menyatakan
bahwa presentase amonia dalam perairan akan semakin meningkat seiring
meningkatnya pH air. Pada saat pH tinggi ammonium yang terbentuk tidak terionisasi
dan bersifat toksik pada ikan. Peningkatan nilai pH di perairan disebabkan
konsentrasi di dalam perairan rendah.
Gas yang dihasilkan selama proses
respirasi tidak dapat terhidrolisa
menjadi hidrogen yang merupakan unsur asam dan bikarbonat yang merupakan unsur
alkali hal tersebut menyebabkan pH meningkat. amonia yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan mas yaitu kurang
dari 0,1 mg/l.
Menurut Jangkaru
(1996) dalam Minggawati dan
Saptono (2012), kadar amonia bebas
yang melebihi 0,2 mg/L bersifat
racun bagi beberapa
jenis ikan, selain
itu kadar ammonia yang
tinggi dapat di
jadikan sebagai indikasi adanya
pencemaran bahan organik yang
berasal dari limbah
domestik dan limpasan pupuk
pertanian adapun sumber ammonia di perairan adalah hasil dari
pemecahan nitrogen organik berupa
tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati.
2.5
Faktor
yang Mempengaruhi Keberadaan Ammonia di Perairan
Primavera (1994) dalam Umroh
(2007) mengatakan bahwa kurang lebih 15% pakan
tambahan yang diberikan
kepada udang tidak terkonsumsi, sedangkan
20% dari 85%
pakan yang terkonsumsi akan
terbuang melalui kotoran. Kotoran
padat dan sisa makanan
yang tidak termakan
adalah bahan organik dengan
kandungan protein tinggi.
Bahan organik ini selanjutnya
akan diuraikan menjadi
polipeptida, asam-asam amino dan
akhirnya menjadi amonia
sebagai produk akhir.
Menurut
Silaban, et al (2012), Kualitas air
pemeliharaan dapat menurun dengan cepat karena sisa pakan, feses
dan buangan metabolit. Hal ini
tampak dari menurunnya kualitas air akibat peningkatan pH air yang terlalu cepat dan tingginya kadar
amonia selama pemeliharaan. Kualitas air
tersebut menyebabkan keracunan atau
kekurangan oksigen serta mempercepat berkembangnya bibit penyakit. Penyakit
yang sering menyerang ikan mas antara
lain penyakit yang disebabkan oleh
parasit maupun nonparasit.
Menurut
Susana (2004), Keberadaan nitrogen-ammonia dalam air laut berasal dari hasil
metabolisme organisme hidup dan proses dekomposisi organisme yang telah mati
serta sisa-sisa makanan. Beberapa kasus menyatakan bahwa konsentrasi ammonia
yang berlebih dapat menimbulkan permasalahan serius dalam perairan.
2.6
Dampak
Positif dan Negatif Terhadap Budidaya Ikan
Menurut
Umroh (2007), Amonia
sangat penting dalam
budidaya, ammonia dalam bentuk amonium dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan air
melalui proses asimilasi dan
digunakan sebagai sumber
energi oleh mikroorganisme nitrifikasi dalam oksidasi amonia
menjadi NO2 kemudian dilanjutkan menjadi NO3.
Nitrat selanjutnya dapat
diserap oleh tumbuhan air. Akan tetapi
kadar amonia yang terlalu tinggi berpengaruh negatif
terhadap kehidupan organisme akuatik, yaitu
secara langsung dapat mematikan
organisme perairan melalui
pengaruhnya terhadap permeabilitas
sel, mengurangi konsentrasi
ion dalam tubuh,
meningkatkan konsumsi oksigen
dalam jaringan, merusak
insang dan mengurangi kemampuan
darah. Meningkatnya kadar
amonia secara tidak langsung
dapat mematikan pasca larva
udang windu sehingga mempengaruhi kelulushidupan udang
windu karena amonia berbahaya
untuk udang dan
merupakan pesaing oksigen (O2)
pada daya serap darah.
Sedangkan
Menurut Yudha (2009) dalam Silaban, et al (2012), Ikan tidak dapat
mentoleransi konsentrasi amonia yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu
proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
kematian.
Menurut
Fauzzia, et al (2013), hambatan yang
sering terjadi pada usaha budidaya kepiting di tambak adalah ketersediaan lahan
dan air. Ketersediaan lahan dan air pada budidaya kepiting semakin terbatas
seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan pembangunan. Aktifitas
budidaya kepiting juga tidak terlepas dari limbah yang dihasilkan, terutama
dari sisa pakan, feses dan hasil metabolisme kepiting. Limbah yang dihasilkan
seperti amoniak bersifat toksik sehingga dalam konsentrasi tinggi dapat
meracuni organisme budidaya. Akumulasi amoniak pada media budidaya merupakan
salah satu penyebab penurunan kualitas perairan yang dapat berakibat pada
kegagalan produksi budidaya kepiting.
3.
PEMBAHASAN
Kadar ammoniak dalam jumlah tertentu secara tidak
langsung sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan ikan ataupun udang, karena ammoniak
dalam bentuk ammonium dimanfaatkan oleh tumbuhan air dengan proses asimilasi,
yang nantinya tumbuhan air tersebut akan menyumbangkan oksigen dalam proses
fotosintesis. Kandungan ammoniak juga menjadi sumber energi bagi mikroorganisme
untuk melakukan proses perombakan ammoniak menjadi nitrit dan merombak menjadi
nitrat. Kandungan nitrat tersebut dibutuhkan untuk menumbuhkan pakan alami,
yang akan dimanfaatkan oleh ikan atau udang untuk pertumbuhannya.
Nitrosomonas
NH3 NO2-
Nitrobacter
NO2- NO3-
Ammoniak dalam suatu perairan dalam jumlah yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan rusaknya sistem pernapasan dan toksik bagi ikan
ataupun udang, sehingga menyebabkan nafsu makan ikan atau udang turun dan dapat
menyebabkan kematian. Maka dari itu, perlu dilakukan pergantian air yang
teratur
Penggunaan kolam intensif sekarang banyak digunakan oleh
petambak karena tidak adanya lahan untuk budidaya dan juga meningkatkan
produktivitas. Akan tetapi, budidaya di kolam intensif dapat dengan cepat
menurunkan kualitas perairan karena dalam budidaya intensif padat penebaran
tinggi dan pemberian makanan tambahan juga tinggi karena pakan alami yang ada
di perairan tersebut tidak dapat mencukupi sehingga banyak sisa pakan dan feses
yang menyebabkan timbulnya ammoniak dalam suatu perairan. Apabila kualitas
perairan tidak dikontrol maka pertumbuhan udang atau ikan akan terganggu.
(Sidik, et al.,
2002)
Gambar 1. Perubahan konsentrasi
amoniak (NH4-N) media pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio L.) pada kepadatan 10, 20, 30 dan 40 ekor/100
l.
Dari grafik di atas, bahwa jika padat penebaran tinggi
makan konsentrasi ammoniak juga semakin tinggi, hal ini disebabkan karena
banyaknya buangan metabolit seperti feses maupun sisa pakan. Menurut Hirayama
1970; Spotte 1979 dalam Sidik, et al., 2002, padat penebaran berpengaruh
sangat nyata (P<0.01) terhadap laju oksidasi amoniak, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi. Baik
laju oksidasi amoniak, laju oksidasi nitrit, maupun laju nitrifikasi meningkat dengan
meningkatnya padat penebaran yang secara tidak langsung berkaitan dengan makin
meningkatnya buangan metabolit dan sisa pakan di dalam sistem budidaya. Dekomposisi metabolit
dan sisa pakan yang meningkat akan meningkatkan konsentrasi amoniak di dalam
sistem.
Padat penebaran yang tinggi akan mengakibatkan penurunan
pertumbuhan ikan dalam budidaya, karena terbatasnya ruang gerak ikan dan juga
persaingan dalam memperebutkan makanan dan oksigen dalam perairan. Kualitas
perairan dalam suatu perairan harus dikontrol terutama keberadaan ammoniak
karena akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, karena keberadaan ammoniak yang
tinggi akan dapat menimbulkan tumbuhnya penyakit dan tentunya akan menghambat
pertumbuhan ikan atau udang.
Menurut Sutomo (1989), efek subletal ammonia terhadap
ikan adalah terjadinya penyempitan permukaan insang, akibatnya kecepatan proses
pertukaran gas dalam insang menjadi menurun. Selain itu efek lainnya adalah
terjadinya penurunan jumlah sel darah, penurunan kadar oksigen dalam darah,
mengurangi ketahanan fisik dan daya tahan terhadap penyakit, serta kerusakan struktural
berbagai jenis organ tubuh
4.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
·
Amonia merupakan
hasil katabolisme protein
yang diekskresikan oleh
organisme dan merupakan
salah satu hasil dari
penguraian zat organik oleh
bakteri.
·
Faktor terdapatnya
amoniak di perairan disebabkan oleh feses ikan, sisa pakan, dan bahan organik
yang tersuspensi.
·
Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah faktor internal (keturunan, usia, jenis
kelamin, kemampuan mencerna makanan, kekebalan tubuh) dan faktor eksternal
(kualitas fisika dan kimia air, ruang gerak, ketersediaan nutrien dan
penyakit).
·
Nilai amoniak yang
optimum untuk pertumbuhan ikan adalah 0,1 mg/l
·
Amonia dalam bentuk
amonium dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan air melalui proses asimilasi dan
energi untuk mikroorganisme dalam merombak amoniak menjadi nitrit dan nitrat,
akan tetapi apabila berlebihan dapat menjadi toksik yang dapat menyebabkan
proses pernapasan terganggu dan menyebabkan kematian
·
Keberadaan amonia juga
disebabkan oleh padat penebaran, semakin tinggi padat penebaran maka kadar
amonia dalam suatu perairan juga semakin tinggi.
4.2 Saran
Dalam
penulisan makalah
ini, penulis mempunyai banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan penulisan
yang lebih baik untuk karya ilmiah selanjutnya. Dan para pembaca khususnya
dosen pengajar untuk memberikan bimbingan agar tidak terjadi kesalahan dalam
penulisan karya ilmiah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Effendie, I., H. J. Bugri dan
Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan
Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol. 5 (2): 127-135
Fauzzia, Malida., Izza Rahmawati
dan I Nyoman Widiasa. 2013. Penyisihan Amoniak dan Kekeruhan Pada Sistem
Resirkulasi Budidaya Kepiting Dengan Teknologi Membran Biofilter. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.
Vol. 2 (2): 155-161
Minggawati, Infa dan Saptono. 2012.
Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya. Jurnal Ilmu Hewan Tropika. Vol. 1 (1)
Sidik, A. S., Sarwono dan Agustina.
2002. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Laju Nitrifikasi Dalam Budidaya Ikan Sistem
Resirkulasi Tertutup. Jurnal Akuakultur
Indonesia. Vol. 1 (2): 47-51
Silaban, Tio Fanta., Limin Santoso
dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja Filter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi
Amonia Pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus
carpio). E-Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1 (1): 47-56
Susana, Tjutju. 2004. Sumber Polutan
Nitrogen Dalam Air Laut. Oseana. Vol.
XXIX (3): 25-33
Umroh. 2007. Pemanfaatan Konsorsia
Mikroorganisme Sebagai Agen Bioremediasi
Untuk Mereduksi Amonia Pada Media Pemeliharaan Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius). Jurnal Sumberdaya Perairan. Vol 1 edisi
1: 15-20