Jumat, 16 Mei 2014

PENGARUH AMMONIA TERHADAP BUDIDAYA IKAN ATAU UDANG




PENGARUH AMMONIA TERHADAP BUDIDAYA IKAN ATAU UDANG
 

1.   PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan budidaya organisme akuatik terutama budidaya ikan mulai beralih dari sistem tradisional ke sistem intensif. Budidaya perikanan intensif yang menggunakan padat penebaran dan dosis pakan yang tinggi, berakibat pada cepat menurunnya kualitas air budidaya karena tingginya buangan metabolit dan sisa pakan. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan menghasilkan produk sampingan yang sangat toksik yaitu amoniak (Sidik, et al., 2012).
Menurut Hepher dan Pruginin (1981) dalam Effendie, et al (2006), peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop) dan pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan berhenti (carrying capacity). Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, peningkatan kepadatan harus disesuaikan  dengan daya dukung (carrying capacity). Faktor-faktor yang mempengaruhi carrying capacity  antara lain adalah kualitas air, pakan dan ukuran ikan. Pada keadaan lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil (produksi).
Kualitas  suatu  perairan  memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan  makhluk  hidup  di  perairan  itu sendiri.  Lingkungan  yang  baik  (hiegienis  bagi hewan  diperlukan  untuk  pertumbuhan  dan kelangsungan hidupnya (Minggawati dan Saptono, 2012).




1.2    Tujuan
1)   Untuk mengetahui pengaruh ammoniak terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan
2)   Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terdapatnya ammoniak dalam suatu perairan
3)   Untuk mengetahui dampak negatif dan positif terhadap keberadaan ammoniak di perairan
4)   Untuk mengetahui kisaran ammoniak yang baik untuk budidaya perairan
1.3    Manfaat
Manfaat dari makalah pengaruh Ammoniak terhadap Pertumbuhan ikan atau udang yaitu untuk mengetahui dan memberikan informasi kepada masyarakat dan lembaga terkait mengenai kadar optimum untuk pertumbuhan ikan dan udang, juga manfaat dan kerugian terhadap keberadaan ammoniak dalam perairan.




2.   TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Ammonia
Amonia  merupakan  hasil  katabolisme  protein  yang diekskresikan  oleh  organisme  dan  merupakan  salah  satu hasil  dari  penguraian  zat organik  oleh  bakteri.  Amonia  di dalam  air  terdapat  dalam  bentuk  tak terionisasi  (NH3)  atau bebas,  dan  dalam  bentuk  terionisasi  (NH4)  atau ion amonium (Dinas Perikanan,1997 dalam Umroh, 2007).

2.2    Pengertian Pertumbuhan
Menurut Effendie (1997) dalam Silaban (2012), Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai penambahan ukuran panjang dan berat suatu individu atau populasi dalam  kurun waktu tertentu.
Menurut Effendie, et al (2006), Pertumbuhan adalah gambaran perubahan bobot dan panjang rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir (Lt) dengan panjang awal (Lo) pemeliharaan.

2.3    Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Menurut Silaban et al (2012), Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Effendi, 2000). Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri dan sulit untuk dikontrol seperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, jenis kelamin, kemampuan memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak, ketersediaan nutrient dan penyakit.
Menurut Christensen (1989) dalam Sidik, et al (2002), menyatakan bahwa pada padat penebaran yang tinggi, ruang gerak ikan menjadi sempit sehingga kompetisi terhadap oksigen dan pakan menjadi meningkat. Akibatnya pertumbuhan ikan akan terhambat. Kepadatan yang tinggi juga mempercepat penurunan kualitas air budidaya, akibat akumulasi metabolit dan sisa pakan, sehingga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan.

2.4    Parameter Ammonia yang Optimum Untuk Budidaya Ikan
Kordi (2009) dalam Silaban et al (2012), yang  menyatakan bahwa presentase amonia dalam perairan akan semakin meningkat seiring meningkatnya pH air. Pada saat pH tinggi ammonium yang terbentuk tidak terionisasi dan bersifat toksik pada ikan. Peningkatan nilai pH di perairan disebabkan konsentrasi   di dalam perairan rendah. Gas   yang dihasilkan selama proses respirasi tidak dapat terhidrolisa menjadi hidrogen yang merupakan unsur asam dan bikarbonat yang merupakan unsur alkali hal tersebut menyebabkan pH meningkat. amonia yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan mas yaitu kurang dari 0,1 mg/l.
Menurut  Jangkaru  (1996) dalam Minggawati dan Saptono (2012), kadar  amonia  bebas  yang  melebihi  0,2  mg/L bersifat  racun  bagi  beberapa  jenis  ikan,  selain  itu kadar  ammonia  yang  tinggi  dapat  di  jadikan sebagai  indikasi  adanya  pencemaran  bahan organik  yang  berasal  dari  limbah  domestik  dan limpasan  pupuk  pertanian  adapun  sumber ammonia di perairan adalah hasil dari pemecahan nitrogen  organik  berupa  tumbuhan  dan  biota akuatik yang telah mati.

2.5    Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Ammonia di Perairan
Primavera  (1994) dalam  Umroh  (2007)  mengatakan    bahwa kurang lebih 15%  pakan  tambahan  yang  diberikan  kepada  udang  tidak terkonsumsi,  sedangkan  20%  dari  85%  pakan  yang terkonsumsi  akan  terbuang melalui  kotoran.  Kotoran  padat dan  sisa  makanan  yang  tidak  termakan  adalah  bahan organik  dengan  kandungan  protein  tinggi.  Bahan  organik ini  selanjutnya  akan  diuraikan  menjadi  polipeptida, asam-asam  amino  dan  akhirnya  menjadi  amonia  sebagai  produk akhir.
Menurut Silaban, et al (2012), Kualitas air pemeliharaan dapat menurun dengan cepat karena sisa pakan,  feses  dan  buangan metabolit. Hal ini tampak dari menurunnya kualitas air akibat peningkatan  pH air yang terlalu cepat dan tingginya kadar amonia selama pemeliharaan.  Kualitas air tersebut menyebabkan  keracunan atau kekurangan oksigen serta mempercepat berkembangnya bibit penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan mas  antara lain  penyakit yang disebabkan oleh parasit maupun nonparasit.
Menurut Susana (2004), Keberadaan nitrogen-ammonia dalam air laut berasal dari hasil metabolisme organisme hidup dan proses dekomposisi organisme yang telah mati serta sisa-sisa makanan. Beberapa kasus menyatakan bahwa konsentrasi ammonia yang berlebih dapat menimbulkan permasalahan serius dalam perairan.


2.6    Dampak Positif dan Negatif Terhadap Budidaya Ikan
Menurut Umroh (2007), Amonia  sangat  penting  dalam  budidaya,  ammonia dalam  bentuk amonium  dapat  dimanfaatkan  oleh tumbuhan  air  melalui  proses asimilasi  dan  digunakan sebagai  sumber  energi    oleh  mikroorganisme nitrifikasi dalam oksidasi amonia menjadi NO2 kemudian dilanjutkan menjadi  NO3.  Nitrat  selanjutnya  dapat  diserap  oleh tumbuhan air. Akan tetapi kadar amonia  yang terlalu tinggi berpengaruh  negatif  terhadap  kehidupan  organisme akuatik,  yaitu  secara langsung  dapat  mematikan  organisme perairan  melalui  pengaruhnya  terhadap  permeabilitas  sel, mengurangi  konsentrasi  ion  dalam  tubuh,  meningkatkan konsumsi  oksigen  dalam  jaringan,  merusak  insang  dan mengurangi  kemampuan  darah. Meningkatnya  kadar  amonia  secara tidak  langsung  dapat mematikan  pasca  larva  udang  windu  sehingga mempengaruhi  kelulushidupan  udang  windu  karena amonia  berbahaya  untuk  udang  dan  merupakan  pesaing oksigen (O2) pada daya serap darah.
Sedangkan Menurut Yudha (2009) dalam Silaban, et al (2012), Ikan tidak dapat mentoleransi konsentrasi amonia yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian.
Menurut Fauzzia, et al (2013), hambatan yang sering terjadi pada usaha budidaya kepiting di tambak adalah ketersediaan lahan dan air. Ketersediaan lahan dan air pada budidaya kepiting semakin terbatas seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan pembangunan. Aktifitas budidaya kepiting juga tidak terlepas dari limbah yang dihasilkan, terutama dari sisa pakan, feses dan hasil metabolisme kepiting. Limbah yang dihasilkan seperti amoniak bersifat toksik sehingga dalam konsentrasi tinggi dapat meracuni organisme budidaya. Akumulasi amoniak pada media budidaya merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas perairan yang dapat berakibat pada kegagalan produksi budidaya kepiting.





3.   PEMBAHASAN

Kadar ammoniak dalam jumlah tertentu secara tidak langsung sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan ikan ataupun udang, karena ammoniak dalam bentuk ammonium dimanfaatkan oleh tumbuhan air dengan proses asimilasi, yang nantinya tumbuhan air tersebut akan menyumbangkan oksigen dalam proses fotosintesis. Kandungan ammoniak juga menjadi sumber energi bagi mikroorganisme untuk melakukan proses perombakan ammoniak menjadi nitrit dan merombak menjadi nitrat. Kandungan nitrat tersebut dibutuhkan untuk menumbuhkan pakan alami, yang akan dimanfaatkan oleh ikan atau udang untuk pertumbuhannya.
   Nitrosomonas
NH3                                                              NO2-
            Nitrobacter
NO2-                                    NO3-   

Ammoniak dalam suatu perairan dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya sistem pernapasan dan toksik bagi ikan ataupun udang, sehingga menyebabkan nafsu makan ikan atau udang turun dan dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu, perlu dilakukan pergantian air yang teratur
Penggunaan kolam intensif sekarang banyak digunakan oleh petambak karena tidak adanya lahan untuk budidaya dan juga meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, budidaya di kolam intensif dapat dengan cepat menurunkan kualitas perairan karena dalam budidaya intensif padat penebaran tinggi dan pemberian makanan tambahan juga tinggi karena pakan alami yang ada di perairan tersebut tidak dapat mencukupi sehingga banyak sisa pakan dan feses yang menyebabkan timbulnya ammoniak dalam suatu perairan. Apabila kualitas perairan tidak dikontrol maka pertumbuhan udang atau ikan akan terganggu.

 











(Sidik, et al., 2002)
Gambar 1.  Perubahan konsentrasi amoniak (NH4-N) media pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio  L.) pada kepadatan 10, 20, 30 dan 40 ekor/100 l.

Dari grafik di atas, bahwa jika padat penebaran tinggi makan konsentrasi ammoniak juga semakin tinggi, hal ini disebabkan karena banyaknya buangan metabolit seperti feses maupun sisa pakan. Menurut Hirayama 1970; Spotte 1979 dalam Sidik, et al., 2002, padat penebaran berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap laju oksidasi amoniak, laju  oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi. Baik laju oksidasi amoniak, laju oksidasi nitrit, maupun laju nitrifikasi meningkat dengan meningkatnya padat penebaran yang secara tidak langsung berkaitan dengan makin meningkatnya buangan metabolit dan sisa pakan di  dalam sistem budidaya. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan yang meningkat akan meningkatkan konsentrasi amoniak di dalam sistem.
Padat penebaran yang tinggi akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan dalam budidaya, karena terbatasnya ruang gerak ikan dan juga persaingan dalam memperebutkan makanan dan oksigen dalam perairan. Kualitas perairan dalam suatu perairan harus dikontrol terutama keberadaan ammoniak karena akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, karena keberadaan ammoniak yang tinggi akan dapat menimbulkan tumbuhnya penyakit dan tentunya akan menghambat pertumbuhan ikan atau udang.
Menurut Sutomo (1989), efek subletal ammonia terhadap ikan adalah terjadinya penyempitan permukaan insang, akibatnya kecepatan proses pertukaran gas dalam insang menjadi menurun. Selain itu efek lainnya adalah terjadinya penurunan jumlah sel darah, penurunan kadar oksigen dalam darah, mengurangi ketahanan fisik dan daya tahan terhadap penyakit, serta kerusakan struktural berbagai jenis organ tubuh


4.   PENUTUP
4.1    Kesimpulan
·        Amonia  merupakan  hasil  katabolisme  protein  yang diekskresikan  oleh  organisme  dan  merupakan  salah  satu hasil  dari  penguraian  zat organik  oleh  bakteri.
·        Faktor terdapatnya amoniak di perairan disebabkan oleh feses ikan, sisa pakan, dan bahan organik yang tersuspensi.
·        Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah faktor internal (keturunan, usia, jenis kelamin, kemampuan mencerna makanan, kekebalan tubuh) dan faktor eksternal (kualitas fisika dan kimia air, ruang gerak, ketersediaan nutrien dan penyakit).
·        Nilai amoniak yang optimum untuk pertumbuhan ikan adalah 0,1 mg/l
·        Amonia dalam bentuk amonium dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan air melalui proses asimilasi dan energi untuk mikroorganisme dalam merombak amoniak menjadi nitrit dan nitrat, akan tetapi apabila berlebihan dapat menjadi toksik yang dapat menyebabkan proses pernapasan terganggu dan menyebabkan kematian
·        Keberadaan amonia juga disebabkan oleh padat penebaran, semakin tinggi padat penebaran maka kadar amonia dalam suatu perairan juga semakin tinggi.
4.2    Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan penulisan yang lebih baik untuk karya ilmiah selanjutnya. Dan para pembaca khususnya dosen pengajar untuk memberikan bimbingan agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Daftar Pustaka

Effendie, I., H. J. Bugri dan Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol. 5 (2): 127-135
Fauzzia, Malida., Izza Rahmawati dan I Nyoman Widiasa. 2013. Penyisihan Amoniak dan Kekeruhan Pada Sistem Resirkulasi Budidaya Kepiting Dengan Teknologi Membran Biofilter. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2 (2): 155-161
Minggawati, Infa dan Saptono. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin (Pangasius  pangasius) di Karamba  Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya. Jurnal Ilmu Hewan Tropika. Vol. 1 (1)
Sidik, A. S., Sarwono dan Agustina. 2002. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Laju Nitrifikasi Dalam Budidaya Ikan Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol. 1 (2): 47-51
Silaban, Tio Fanta., Limin Santoso dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja Filter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1 (1): 47-56
Susana, Tjutju. 2004. Sumber Polutan Nitrogen Dalam Air Laut. Oseana. Vol. XXIX (3): 25-33
Umroh. 2007. Pemanfaatan Konsorsia Mikroorganisme Sebagai Agen Bioremediasi  Untuk Mereduksi Amonia Pada Media Pemeliharaan Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius). Jurnal Sumberdaya Perairan. Vol 1 edisi 1: 15-20