Sabtu, 21 Juni 2014

ADAPTASI BIOTA LAUT



TUGAS TERSTRUKTUR BIOLOGI LAUT
ADAPTASI BIOTA
OLEH:
NAMA          : ELLYDA HASAN
NIM              : 125080500111028
PRODI          : BUDIDAYA PERAIRAN
KELAS         : B01


Description: D:\foto\ub\imagesf.jpg
 









FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

Keragaman faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap kondisi kehidupan biota di dalamnya. Pengaruh tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan beradaptasi. Adaptasi ini diperlukan untuk mempertahankan hidup pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Selain itu, proses ruaya ikan juga mempengaruhi kehidupan ikan, dimana ikan harus beradaptasi terhadap terhadap kondisi lingkungan tempat ikan melakkan tujuan ruaya. Dalam melakukan aktifitas ruaya, pastinya terdapat hambatan-hambatan dimana ikan harus melakukan adaptasi untuk mempertahankan kehidupannya.   Adapun adaptasi biota dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1.      Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada organ atau alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Adaptasi fisiologi ini penekanannya menyangkut fungsi alat-alat tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh mengalami perubahan sehingga tetap bertahan hidup.
·         Adaptasi Ikan Terhadap salinitas
Menurut Fujaya (2004), osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena:
1)        Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan
2)        Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergrak cepat
3)        Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Menurut Fahmi (2010), Ikan air tawar mengalami kondisi hiperosmotik terhadap lingkungan. Untuk mencapai kondisi isoosmotik, ikan tersebut akan mengeluarkan ion-ion badan melalui urin dan akan minum banyak untuk mengatur volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan laut mengalami kondisi hipoosmotik terhadap lingkungan. Organ tubuh yang berperan penting dalam proses osmoregulasi insang, ginjal dan kulit.
Jadi, untuk megatur keseimbagan cairan dalam tubuh, ikan air tawar melakukan adaptasi denga cara mengeluarkan sedikit ion-ion melalui urin dan memperbanyak minum air. Sedangkan untuk ikan air laut, melakukan adaptasi dengan cara mengeluarkan urin dalam jumlah yang banyak dan sedikit minum air.
·           Adaptasi Terhadap Metabolisme Ikan
Setiap ikan yang melakukan migrasi akan menyimpan energi dan membuat mekanisme metabolisme yang spesifik supaya migrasi yang dilakukan berjalan sukses. Hewan migran menyimpan banyak energi saat melakukan migrasi ke tempat sumber makanan. Selanjutnya energi tersebut akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak untuk melakukan migrasi ke habitat lain seperti tempat pemijahan atau ekspansi ke wilayah yang baru. Energi yang dikeluarkan oleh ikan saat bermigrasi digunakan untuk kebutuhan dasar (basal metabolic) seperti untuk berenang, osmoregulasi, respirasi, excretory, dan hormonal regulation. Pengeluaran energi oleh migran sangat efektif karena berasosiasi dengan perubahan morfologi, tingkah laku dan pengaturan hormon. Hormon-hormon yang berperan aktif dalam mengatur mekanisme metabolik adalah growth hormon, thyroid hormon, insulin dan prolactin (Fahmi, 2010).
·           Adaptasi Terhadap Kadar Oksigen
Di dataran rendah kadar oksigen di udara cukup tinggi sehingga absorbsi oksigen oleh pembuluh kapiler darah paru-paru dapat berlangsung secara efektif dengan jumlah eritrositnya yang normal. Oleh karena yang bertugas mengangkut oksigen di dalam tubuh adalah eritrosit, tubuh akan beradaptasi secara fisiologis dengan meningkatkan jumlah eritrosit (sel darah merah). Dengan demikian, pengikatan oksigen di dalam alat pernapasan dapat berjalan efektif (Farhan, 2013).
2.      Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat dilihat dari bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya bertubuh transparan karena tubuhnya tidak mengandung pigmen. Secara morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies.
Selain itu bentuk tubuh ikan juga merupakan salah satu adaptasi ikan, Lerman (1986) dalam Wahyuningsih dan Ternala (2006), membedakan bentuk tubuh ikan menjadi 4 yaitu :
a.         Bentuk fusiform atau lurus seperti pada ikan tuna, hiu. Bentuk tubuh seperti ini memungkinkan ikan untuk bergerak cepat yang terutama dalam menangkap mangsa.
b.        Bentuk pipih tegak seperti pada ikan Pontus triacanthus, memungkinkan untuk mudah bergerak diantara tumbuh-tumbuhan air dan areal yang sempit. Tubuh yang pipih memudahkan ikan tersebut menghindari tentakel beracun dari predator dan masuk kedalam celah-celah karang atau di bawah vegetasi air.
c.       Bentuk tubuh ikan lainnya adalah bentuk pipih datardan bentuk tipis memanjang seperti belut. Belut dan beberapa ikan bentuk ini mensekresi semacam lendir yang dapat membantu gerakan di substrat lumpur dan mengurangi terjadinya perlukaan pada tubuhnya.
3.      Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungannya dengan cara memperlihatkan tingkah laku. Biasanya pada pada ikan paus sesekali menyemburkan diri ke permukaan untuk mendapatkan oksigen setiap 30 menit sekali dan pada biota di zona intertidal biasanya pada saat air surut biota-biota seperti kepiting, cacing-cacingan menenggelamkan diri ke dalam pasir dan pada saat pasang tinggi biota tersebut aktif untuk mencari makan, selain itu pada kerang-kerangan misalnya pada jenis kerang hijau (Perna viridis) untuk menghindari kuatnya arus dengan melekatkan tubuhnya sangat erat ke batu-batuan menggunakan bysus. Dan pada jenis kerang lain seperti kerang darah, pada kondisi kualitas air yang buruk maka kerang tersebut menutup tubuhnya rapat-rapat dan akan membuka kembali sampai kondisi perairan tersebut normal.
Selain itu, beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi, akan mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan. Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar yang serba gelap. Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa.
4.      Adaptasi Reproduksi
Menurut Fahmi (2001), Ikan-ikan yang hidup di laut dalam, mereka mempunyai cara-cara khusus agar dapat mempertahankan hidupnya, termasuk dalam hal reproduksi. Langkanya sumber makanan yang ada di laut dalam mengakibatkan sangat rendahnya kepadatan organisme, Juga menimbulkan masalah sulitnya memperoleh pasangan dari jenis kelamin yang berbeda untuk keperluan reproduksi dalam habitat yang sangat luas dan gelap gulita tersebut. Salah satu adaptasi yang dilakukan tampak pada ikan- ikan pemancing (Angler fishes) dari bangsa Ceratoidea adalah ikan-ikan jantan tersebut menemukan pasangannya melalui indra olfaktorik. Ketika ikan jantan tersebut menemukan betinanya, ia langsung menempelkan mulutnya di tubuh ikan betina dengan gigi-giginya yang tajam dan tidak pernah melepaskannya lagi. Kulit ikan jantan lambat-laun bersatu dengan tubuh ikan betina. Sistem sirkulasinya juga ikut bersatu, sehingga tubuh ikan jantan menjadi tergantung pada ikan betina. Ikan jantan akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai parasit dengan menempel pada tubuh ikan pasangannya, ia mendapatkan makanan dengan menyerap dari tubuh betina tersebut. Ketika ikan betina tersebut memijah, maka telur-telurnya akan segera dibuahi oleh ikan jantan.
Selain itu terjadi perubahan badan pada ikan sidat saat melakukan persiapan pemijahan dan bermigrasi. Menurut pankhrust (1982) dalam Fahmi (2010), menyatakan bahwa membesarnya mata saat memijah sampai empat kali dari sebelumya. Selain mata, perubahan badan lainnya ketika akan memijah antara lain warna sirip pectoral yang makin gelap, perubahan komposisi sel pada retina, perubahan warna badan menjadi silver, sisik membesar, dermis menebal, densitas sel mukus meningkat terutama pada betina, bentuk kepala agak pipih, adanya peningkatan panjang dan diameter kapiler pada gelembung renang, peningkatan aktivitas Na+/K+ -ATP ase pada insang, usus mengalami peningkatan bobot namun jumlah lipatannya menurun, serta otot tunus meningkat.
5.      Adaptasi Food & Feeding
Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut. Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkan ikan-ikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel (Wahyuningsih dan Ternala, 2006).
Selain itu, apabila dalam lingkungan tempat hidup ikan tersebut tidak terdapat banyak makanan maka ikan-ikan tersebut beradaptasi dengan melakukan migrasi ke tempat yang terdapat banyak makanan, misalnya pada larva ikan, karena kuning telur sudah habis dan didaerah tersebut tidak terdapat makanan maka larva ikan tersebut akan bermigrasi ke pinggiran sungai yang terdapat banyak makanan yang sesuai dengan bukaan mulutnya.
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau                 ditolak (Effendie, 2002).
6.      Adaptasi Pertahanan
Dalam system pertahanan diri biasanya pada pengeluaran tinta pada Cumi-cumi untuk penyelamatan diri. Serta beberapa ikan di dasar laut yang dapat berubah bentuk mengikuti kondisi lingkungannya seperti bersembunyi atau menyerupai pasir di dasar laut serta menyerupai tumbuhan–tumbuhan dasar laut untuk menghindari dari para predator yang ingin memangsanya contohnya ikan pari yang ekornya sangat beracun, lalu juga ada lion fish yang dapat menyengat jika disentuh atau mengalami gangguan dari predator lain hewan ini sangat berbahaya bagi para penyelam (Darmadi, 2010).
Pada ikan buntal, untuk mempertahankan diri dari predator ikan tersebut mengeluarkan duri-duri pada tuuhnya dengan membesarkan tubuhnya sehingga predator akan sulit untuk memangsa ikan buntal tersebut. Selain itu menurut Subekti, et al. (2010), untuk menghindari dari pengganggu atau pemangsa yaitu eviserasi. Eviserasi ialah pelepasan salah satu atau kedua pohon pernafasan, usus atau gona, atau semuanya melalui sobekan cloaca. Pemangsa akan memakan bagian yang terlepas, sementara timun laut menyelamatkan diri kemudian regenerasi untuk mengganti bagian yang hilang.














REFERENSI

Darmadi. 2010. Identifikasi Adaptasi Organisme Nekton Perairan Laut. http://dhamadharma.wordpress.com/2010/04/22/identifikasi-adaptasi-organisme-nekton-perairan-laut/. Diakses pada 29 April 2014 pukul 09.38 WIB

Effendie, H. M. Ichsan. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
Fahmi, Melta Rini. 2010. Phenotypic Platicity Kunci Sukses Adaptasi Ikan Migrasi: Studi Kasus Ikan Sidat (Anguilla sp.). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Budidaya Ikan Hias.
Fahmi. 2001. Reproduksi Ikan Laut Tropis. Oseana. XXVI (2) :17-24.

Farhan, Muhammad. 2103. Adaptasi Fisiologi, Adaptasi Morfologi dan Adaptasi Tingkah Laku. http://www.tuliskan.com/2013/06/adaptasi-fisiologi-adaptasi-morfologi-dan-adaptasi-tingkah-laku.html. Diakses pada 28 April 2014 pukul 21.30 WIB

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Subekti, Sri., Kismiyati., Rosmanida., Sapto Andriyono dan Kustiawan Tri Prasetyo. 2010. Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga: Surabaya.
Wahyuningsih, Hesti Dan Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumater Utara.

Willend, Exa. 2012. Adaptasi Fisiologi [Pengertian Dan Contohnya]. http://hidupsaturindu.blogspot.com/2012/10/adaptasi-fisiologi-pengertian-dan.html. Diakses pada 28 April 2014 pukul 21.09 WIB.



1 komentar:

  1. Maaf, bukannya terbalik? Ikan air laut banyak minum sedikit urin, sedangkan air tawar sedikit minum banyak urin? ?

    BalasHapus