TUGAS TERSTRUKTUR BIOLOGI LAUT
ADAPTASI BIOTA
OLEH:
NAMA : ELLYDA HASAN
NIM : 125080500111028
PRODI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELAS : B01
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2014
Keragaman faktor lingkungan
akan berpengaruh terhadap kondisi kehidupan biota di dalamnya. Pengaruh
tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan beradaptasi. Adaptasi ini
diperlukan untuk mempertahankan hidup pada kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan. Selain itu, proses ruaya ikan juga mempengaruhi kehidupan ikan,
dimana ikan harus beradaptasi terhadap terhadap kondisi lingkungan tempat ikan
melakkan tujuan ruaya. Dalam melakukan aktifitas ruaya, pastinya terdapat
hambatan-hambatan dimana ikan harus melakukan adaptasi untuk mempertahankan
kehidupannya. Adapun adaptasi biota dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu:
1.
Adaptasi
Fisiologi
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada organ atau alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Adaptasi fisiologi ini penekanannya
menyangkut fungsi alat-alat tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh
mengalami perubahan sehingga tetap bertahan hidup.
·
Adaptasi Ikan Terhadap
salinitas
Menurut
Fujaya (2004), osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses
pengaturan tekanan osmose. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme
perairan karena:
1)
Harus terjadi keseimbangan
antara substansi tubuh dan lingkungan
2)
Membran sel yang permeabel
merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergrak cepat
3)
Adanya perbedaan tekanan
osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Menurut Fahmi (2010), Ikan air tawar mengalami
kondisi hiperosmotik terhadap lingkungan. Untuk mencapai kondisi isoosmotik,
ikan tersebut akan mengeluarkan ion-ion badan melalui urin dan akan minum
banyak untuk mengatur volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan laut mengalami
kondisi hipoosmotik terhadap lingkungan. Organ tubuh yang berperan penting
dalam proses osmoregulasi insang, ginjal dan kulit.
Jadi, untuk megatur keseimbagan cairan dalam
tubuh, ikan air tawar melakukan adaptasi denga cara mengeluarkan sedikit
ion-ion melalui urin dan memperbanyak minum air. Sedangkan untuk ikan air laut,
melakukan adaptasi dengan cara mengeluarkan urin dalam jumlah yang banyak dan
sedikit minum air.
·
Adaptasi Terhadap Metabolisme
Ikan
Setiap
ikan yang melakukan migrasi akan menyimpan energi dan membuat mekanisme
metabolisme yang spesifik supaya migrasi yang dilakukan berjalan sukses. Hewan
migran menyimpan banyak energi saat melakukan migrasi ke tempat sumber makanan.
Selanjutnya energi tersebut akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak untuk
melakukan migrasi ke habitat lain seperti tempat pemijahan atau ekspansi ke
wilayah yang baru. Energi yang dikeluarkan oleh ikan saat bermigrasi digunakan
untuk kebutuhan dasar (basal metabolic)
seperti untuk berenang, osmoregulasi, respirasi, excretory, dan hormonal
regulation. Pengeluaran energi oleh migran sangat efektif karena berasosiasi
dengan perubahan morfologi, tingkah laku dan pengaturan hormon. Hormon-hormon
yang berperan aktif dalam mengatur mekanisme metabolik adalah growth hormon, thyroid hormon, insulin
dan prolactin (Fahmi, 2010).
·
Adaptasi Terhadap Kadar
Oksigen
Di dataran
rendah kadar oksigen di udara cukup tinggi sehingga absorbsi oksigen oleh
pembuluh kapiler darah paru-paru dapat berlangsung secara efektif dengan jumlah
eritrositnya yang normal. Oleh karena yang bertugas mengangkut oksigen di dalam
tubuh adalah eritrosit, tubuh akan beradaptasi secara fisiologis dengan
meningkatkan jumlah eritrosit (sel darah merah). Dengan demikian, pengikatan
oksigen di dalam alat pernapasan dapat berjalan efektif (Farhan, 2013).
2.
Adaptasi
Morfologi
Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat dilihat dari
bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya bertubuh transparan karena
tubuhnya tidak mengandung pigmen. Secara morfologis,
senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami
perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang
melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin
mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering
terjadi di beberapa spesies.
Selain itu bentuk tubuh ikan juga merupakan salah
satu adaptasi ikan, Lerman (1986) dalam Wahyuningsih
dan Ternala (2006), membedakan bentuk tubuh ikan menjadi 4 yaitu :
a.
Bentuk fusiform atau lurus seperti pada
ikan tuna, hiu. Bentuk tubuh seperti ini memungkinkan ikan untuk bergerak cepat
yang terutama dalam menangkap mangsa.
b.
Bentuk pipih tegak seperti pada ikan Pontus triacanthus, memungkinkan untuk
mudah bergerak diantara tumbuh-tumbuhan air dan areal yang sempit. Tubuh yang
pipih memudahkan ikan tersebut menghindari tentakel beracun dari predator dan
masuk kedalam celah-celah karang atau di bawah vegetasi air.
c. Bentuk
tubuh ikan lainnya adalah bentuk pipih datardan bentuk tipis memanjang seperti
belut. Belut dan beberapa ikan bentuk ini mensekresi semacam lendir yang dapat
membantu gerakan di substrat lumpur dan mengurangi terjadinya perlukaan pada
tubuhnya.
3.
Adaptasi
Tingkah Laku
Adaptasi
tingkah laku merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup terhadap
lingkungannya dengan cara memperlihatkan tingkah laku. Biasanya pada pada ikan
paus sesekali menyemburkan diri ke permukaan untuk mendapatkan oksigen setiap
30 menit sekali dan pada biota di zona intertidal biasanya pada saat air surut
biota-biota seperti kepiting, cacing-cacingan menenggelamkan diri ke dalam
pasir dan pada saat pasang tinggi biota tersebut aktif untuk mencari makan,
selain itu pada kerang-kerangan misalnya pada jenis kerang hijau (Perna viridis) untuk menghindari kuatnya
arus dengan melekatkan tubuhnya sangat erat ke batu-batuan menggunakan bysus. Dan pada jenis kerang lain
seperti kerang darah, pada kondisi kualitas air yang buruk maka kerang tersebut
menutup tubuhnya rapat-rapat dan akan membuka kembali sampai kondisi perairan
tersebut normal.
Selain itu, beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi,
akan mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah
kegelapan. Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi
sekitar yang serba gelap. Dalam ekosistem dasar laut sebisa
mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan
hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian
khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa.
4.
Adaptasi
Reproduksi
Menurut Fahmi
(2001), Ikan-ikan yang hidup di laut dalam, mereka mempunyai cara-cara khusus
agar dapat mempertahankan hidupnya, termasuk dalam hal reproduksi. Langkanya
sumber makanan yang ada di laut dalam mengakibatkan sangat rendahnya kepadatan
organisme, Juga menimbulkan masalah sulitnya memperoleh pasangan dari jenis
kelamin yang berbeda untuk keperluan reproduksi dalam habitat yang sangat luas
dan gelap gulita tersebut. Salah satu adaptasi yang dilakukan tampak pada ikan-
ikan pemancing (Angler fishes) dari bangsa Ceratoidea adalah ikan-ikan jantan
tersebut menemukan pasangannya melalui indra olfaktorik. Ketika ikan jantan
tersebut menemukan betinanya, ia langsung menempelkan mulutnya di tubuh ikan
betina dengan gigi-giginya yang tajam dan tidak pernah melepaskannya lagi.
Kulit ikan jantan lambat-laun bersatu dengan tubuh ikan betina. Sistem
sirkulasinya juga ikut bersatu, sehingga tubuh ikan jantan menjadi tergantung
pada ikan betina. Ikan jantan akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai parasit
dengan menempel pada tubuh ikan pasangannya, ia mendapatkan makanan dengan
menyerap dari tubuh betina tersebut. Ketika ikan betina tersebut memijah, maka
telur-telurnya akan segera dibuahi oleh ikan jantan.
Selain itu terjadi perubahan badan pada ikan
sidat saat melakukan persiapan pemijahan dan bermigrasi. Menurut pankhrust
(1982) dalam Fahmi (2010), menyatakan
bahwa membesarnya mata saat memijah sampai empat kali dari sebelumya. Selain
mata, perubahan badan lainnya ketika akan memijah antara lain warna sirip
pectoral yang makin gelap, perubahan komposisi sel pada retina, perubahan warna
badan menjadi silver, sisik membesar, dermis menebal, densitas sel mukus
meningkat terutama pada betina, bentuk kepala agak pipih, adanya peningkatan
panjang dan diameter kapiler pada gelembung renang, peningkatan aktivitas
Na+/K+ -ATP ase pada insang, usus mengalami peningkatan bobot namun jumlah
lipatannya menurun, serta otot tunus meningkat.
5.
Adaptasi
Food & Feeding
Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat
menggambarkan habitat ikan tersebut. Ikan-ikan yang berada di bagian dasar
mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkan ikan-ikan pelagik dan ikan
pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton
mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada
rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang
panjang dan lemas untuk menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton
tidak mempunyai gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran
makanannya. Ikan-ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang
dilengkapi dengan moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran
besar mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel (Wahyuningsih dan Ternala, 2006).
Selain itu, apabila dalam lingkungan tempat hidup
ikan tersebut tidak terdapat banyak makanan maka ikan-ikan tersebut beradaptasi
dengan melakukan migrasi ke tempat yang terdapat banyak makanan, misalnya pada
larva ikan, karena kuning telur sudah habis dan didaerah tersebut tidak
terdapat makanan maka larva ikan tersebut akan bermigrasi ke pinggiran sungai
yang terdapat banyak makanan yang sesuai dengan bukaan mulutnya.
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan
terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau
dalam perairan keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makanan akan
mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan
yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan pengukuran, melainkan
kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Effendie, 2002).
6.
Adaptasi
Pertahanan
Dalam
system pertahanan diri biasanya pada pengeluaran tinta pada Cumi-cumi untuk
penyelamatan diri. Serta beberapa ikan di dasar laut yang dapat berubah bentuk
mengikuti kondisi lingkungannya seperti bersembunyi atau menyerupai pasir di
dasar laut serta menyerupai tumbuhan–tumbuhan dasar laut untuk menghindari dari
para predator yang ingin memangsanya contohnya ikan pari yang ekornya sangat
beracun, lalu juga ada lion fish yang dapat menyengat jika disentuh atau
mengalami gangguan dari predator lain hewan ini sangat berbahaya bagi para
penyelam (Darmadi, 2010).
Pada ikan
buntal, untuk mempertahankan diri dari predator ikan tersebut mengeluarkan
duri-duri pada tuuhnya dengan membesarkan tubuhnya sehingga predator akan sulit
untuk memangsa ikan buntal tersebut. Selain itu menurut Subekti, et al. (2010), untuk menghindari dari
pengganggu atau pemangsa yaitu eviserasi. Eviserasi ialah pelepasan salah satu
atau kedua pohon pernafasan, usus atau gona, atau semuanya melalui sobekan
cloaca. Pemangsa akan memakan bagian yang terlepas, sementara timun laut
menyelamatkan diri kemudian regenerasi untuk mengganti bagian yang hilang.
REFERENSI
Darmadi. 2010. Identifikasi Adaptasi Organisme Nekton Perairan Laut. http://dhamadharma.wordpress.com/2010/04/22/identifikasi-adaptasi-organisme-nekton-perairan-laut/. Diakses pada 29 April 2014 pukul 09.38 WIB
Effendie,
H. M. Ichsan. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
Fahmi,
Melta Rini. 2010. Phenotypic Platicity Kunci Sukses Adaptasi Ikan Migrasi:
Studi Kasus Ikan Sidat (Anguilla
sp.). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Budidaya Ikan
Hias.
Fahmi.
2001. Reproduksi Ikan Laut Tropis. Oseana.
XXVI (2) :17-24.
Farhan, Muhammad. 2103. Adaptasi Fisiologi, Adaptasi Morfologi dan Adaptasi Tingkah Laku. http://www.tuliskan.com/2013/06/adaptasi-fisiologi-adaptasi-morfologi-dan-adaptasi-tingkah-laku.html. Diakses pada 28 April 2014 pukul 21.30 WIB
Fujaya,
Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Subekti,
Sri., Kismiyati., Rosmanida., Sapto Andriyono dan Kustiawan Tri Prasetyo. 2010.
Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga:
Surabaya.
Wahyuningsih,
Hesti Dan Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Departemen
Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumater
Utara.
Maaf, bukannya terbalik? Ikan air laut banyak minum sedikit urin, sedangkan air tawar sedikit minum banyak urin? ?
BalasHapus