MAKALAH
EKOLOGI DAN HABITAT RUMPUT LAUT,
Gracillaria
verrucosa
Oleh:
Arfin
Reskiningrum 125080500111022
Ellyda
Hasan 125080500111028
KELAS: B01
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Rumput laut (seaweed) yang dalam dunia ilmu
pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan
akhir-akhir ini. Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira-kira
tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan
obat-obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku
kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput laut pun
semakin berkembang (Alamsjah, et al.,
2010)
Rumput
laut merupakan komoditas perikanan yang menjadi komoditas unggulan nasional.
Salah satu jenis rumput laut penghasil agar yang banyak dibudidayakan di
Indonesia adalah Gracillaria verrucosa.
Budidaya yang dilakukan selama ini menggunakan bibit yang berulang sehingga
menurunkan kualitas rumput laut dan menyebabkan rentan terhadap penyakit
(Fadilah, et al., 2010).
Gracilaria verrucosa merupakan salah satu dari 555 jenis rumput laut yang
ditemukan di perairan Indonesia. Merupakan alga merah yang thalusnya mengandung
gel sehingga mempunyai kemampuan mengikat air yang cukup tinggi. Besarnya air
yang dapat diserap dan disimpan tergantung dari luas bidang penyerapan. Selain
hal tersebut, Gracilaria verrucosa seperti rumput laut umumnya
mengandung makro mineral, mikro mineral, protein, karbohidrat dan vitamin A dan
C. Karena hal tersebut, maka Gracilaria verrucosa mempunyai potensi yang
tinggi untuk diamanfaatkan dalam bidang pertanian khususnya pada lahan dengan
partikel tanah yang besar seperti lahan pasir yaitu sebagai bahan penyerap dan
penyimpan air sekaligus sebagai sumbur pupuk organik (Haryanti, et al., 2008).
Gracilaria
verrucosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang dapat digunakan untuk
untuk industri seperti dalam pembuatan
agar-agar dan juga obat-obatan, selain itu juga dapat digunakan untuk makanan
dan minuman karena rumput laut Gracilaria verrucosa mempunyai kandungan
gizi yang lebih tinggi daripada sayuran
dan buah-buahan. Selain itu keberadaan Gracilaria verrucosa juga
menguntungkan organisme yang ada di perairan karena Gracilaria verrucosa mampu mengubah
energi sinar matahari menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis yang
dapat dimanfaatkan organime untuk melakukan proses respirasi maupun
metabolisme.
1.2
Maksud
dan Tujuan
a) Untuk mengetahui ekologi dari rumput laut Gracilaria
verrucosa
b) Untuk mengetahui habitat
rumput laut Gracilaria verrucosa
c) Untuk
mengetahui manfaat rumput laut Gracilaria verrucosa
1.3
Manfaat
Manfaat dari makalah ekologi dan habitat
rumput laut Gracilaria verrucosa yaitu untuk
mengetahui dan memberikan informasi kepada masyarakat dan lembaga terkait
mengenai ekologi dan habitat rumput laut serta manfaat rumput laut Gracilaria verrucosa baik untuk masyarakat maupun industri.
2.
PEMBAHASAN
2.1
Klasikasi
dan Morfologi
Menurut Dawes (1981) dalam
Sinulingga dan Sri, klasifikasi dari Gracillaria
verrucosa adalah sebagai berikut:
Divisio : Rhodophyia
Classis : Rodhophycease
Ordo : Gigartinales
Famila : Gracilariacease
Genus : Gracillaria
Species : Gracilaria
verrucosa
Gracilaria hidup dengan jalan
melekat-kan diri pada substrat padat, seperti kayu, batu, karang mati dan
sebagainya. Untuk melekatkan dirinya, Gracilaria
memiliki suatu alat cengkeram berbentuk cakram yang dikenal dengan sebutan
'hold fast'. Jika dilihat secara sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun,
dengan tipe percabangan tidak teratur, 'dichotomous', 'alternate', 'pinnate',
ataupun bentuk-bentuk percabang-an yang lain (Sjafrie, 1990).
Gambar 1.1 Morfologi
Gracillaria verrucosa
(Milchacova, 1998 dalam Amalia, 2013)
Secara morfologi rumput laut tidak dapat dibedakan
antara akar, batang dan daun. Berupa thalus dengan bentuk bermacam-macam.
Thalus ini ada yang uniseluler dan multiseluler. Sifat substansi thalus
beranekaragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), kertas diliputi
atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan
(cartilagenous), berserabut (spongious) dan sebagainya (Aslan, 1995 dalam Haryanti, et al., 2008).
2.2
Habitat
Gracilaria umumnya hidup sebagai fitobentos, melekat dengan bantuan
cakram pelekat ('hold fast') pada substrat padat. Terdiri dari kurang lebih 100
spesies yang menyebar luas dari perairan tropis sampai subtropis. Hal ini
menyebabkan beberapa penulis menyebutnya sebagai spesies yang kosmopolit.
Gracilaria hidup di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu,
yang masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup
di perairan keruh, dekat muara sungai (Sjafrie, 1990).
Menurut Hendrajat, et al (2010),Gracillaria sp. termasuk rumprut laut
yang bersifat euryhaline,sifat tersebut dapat terlihat dari kemempuan hidupnya
pada perairan bersalnitas 15-30 ppt,dengan begitu Gracillaria sp. dapat dibudidayakan di daerah pantai atau tambak.
Rumput laut telah banyak dibudidayakan oleh
petani rumput laut di perairan lautdi kawasan pesisir. Salah satu dari jenis
rumput laut yang dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
adalah Gracilaria sp..Jenis rumput laut ini sangat mudah untuk
dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda dengan kondisiperairan di
laut, seperti tambak. Kondisi perairan
habitat asli rumput laut memiliki kualitas air yang cukup baik dalam mendukung kehidupannya. Sementara
kondisi tambak memiliki kualitas air yang
fluktuatif dan beragam tingkat kesuburannya. Akan tetapi, Gracilaria sp. dapat mentolerir kondisi
lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan aslinya. Rumput laut
dari genus ini dapat mentolerir salinitas terendah 15 g/L dan tertinggi 50 g/L
(Aslan, 1991dalam Rukmi et al., 2012).
Karena memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan air menjadikan rumput
laut sangat potensial digunakan pada bidang pertanian, terutama pada lahan
dengan ukuran partikel tanah yang cukup besar seperti pada tanah pasair. Tanah yang
terdiri atas partikel besar kurang dapat menahan air. Air yang ada dalam tanah
akan berinfiltrasi, bergerak ke bawah melalui rongga tanah, akibatnya tanah
kekurangan air. Kondisi iniapabila terus menerus dapat mematikan tanaman
(Dwidjoseputro, 1978 dalam Haryanti et al., 2008).
Atmadja et al. (1996) dalam Alamsjah et al. (2010), menyatakan bahwa perkembangan budidaya rumput laut
Gracilaria sp. di tambak wilayah Indonesia terdapat di daerah Sulawesi Selatan,
Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Jenis yang dibudidayakan adalah Gracilaria gigas, G. verrucosa dan G.
lichenoides . Salah satu jenis alga merah yang banyak ditemukan di perairan
Indonesia adalah G. verrucosa dan merupakan penghasil
agar.
2.3
Ekologi
Gracilaria ini menjadi pemegang peranan kunci dalam rantai makanan,
menentukan kualitas perairan tambak (Neori, et
al., 1996) dan menentukan struktur komunitas dalam ekosistem (sistem
hubungan timbal balik yang komplek antara makhluk hidup dengan lingkungan
biotik dan abiotik yang bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi) perairan,
selain itu rumput laut Gracilaria sendiri merupakan sumber daya laut yang
disamping bermanfaat sebagai bahan baku makanan sehat juga berperan penting
dalam mengendalikan kualitas perairan tambak yakni sebagai faktor penentu
dinamika oksigen perairan tambak. Kemampuan rumput laut dalam memperbaiki
kualitas lingkungan perairan tambak telah terbukti dapat memberikan banyak
manfaat terhadap perairan tambak, diantaranya sebagai faktor pemacu (forcing funciton) untuk menjaga
kualitas air tambak agar tetap kondusif dalam pertumbuhan (Kartono et al., 2008).
Rumput laut tumbuh hampir di seluruh
bagian hidrosfir sampai batas kedalaman 200 meter. Di kedalaman ini syarat
hidup untuk tanaman air masih memungkinkan. Jenis rumput laut ada yang hidup di
perairan tropis, subtropis, dan di perairan dingin. Di samping itu, ada
beberapa jenis yang hidup kosmopolit seperti Ulva lactuca, Hypnea musciformis, Colpomenia sinuosa, dan Gracilaria
verrucosa. Rumput laut hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan
dan melakukan fotosintesis. Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-faktor
fisika dan kimia perairan seperti
gerakan air, temperatur, kadar garam, nitrat, dan fosfat serta
pencahayaan sinar matahari (Effendie, 1997 dalam
Amalia, 2013).
Hoyle (1973) dalam Atmadja et al.
(1996) dalam Alamsjah et al. (2010), menyatakan
bahwa rumput laut Gracilaria sp.merupakan tumbuhan yang mempunyai
toleransi terhadap perubahan kondisi lingkungan serta dapat tumbuh pada
perairan yang tenang.
2.4
Faktor
yang Mengaruh Pertumbuhan Rumput Laut Gracillaria
verrucosa
Pertumbuhan rumpt laut Gracilaria verrucosa dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan, diantaranya:
Cahaya
Kemampuan
adaptasi Gracilaria ter-hadap cahaya sangat baik. Cahaya yang masuk ke dalam
perairan baik dalam jumlah banyak atau sedikit dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhannya. Menyatakan bahwa G.
verrucosa dan G. foliifera
memiliki toleransi yang tinggi terhadap cahaya yang berlebihan, keduanya dapat
tumbuh pesat pada kedalaman 5 cm. Sedangkan Kim mendapatkan G. verrucosa tumbuh di perairan yang keruh.
Selanjutnya Kling menyatakan bahwa sinar kuning (580 - 630 nm) memberikan pengaruh
positif terhadap pertumbuhan G. verrucosa
(Hoyle, 1975 dalam Sjafrie, 1990).
Sesuai
dengan pendapat Patandjai (2007) dan Aslan (1998) dalam Rukmi, et al.
(2012), bahwa peningkatan proses fotosintetis akan merangsang rumput laut untuk
memanfaatkan atau menyerap unsur hara yang cukup seperti nitrat dan phosfat. Senyawa ini diperlukan sebagai bahan
dasar penyusunan protein dan pembentukan klorofil dalam proses fotosintesis
serta akan menunjang pertumbuhannya.
Suhu
Selain
beradaptasi terhadap cahaya, Gracilaria verrucosa juga memiliki kemampuan beradaptasi yang baik
terhadap suhu. Kemampuan adaptasi Gracilaria verrucosa sangatlah bervariasi tergantung pada
lingkungan dimana tumbuhan tersebut hidup. Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas
yang diperlukan untuk fotosintesis seperti C
dan gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi
akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang
diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan
perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan atau dalam
jangka waktu panjang (Romimohtarto, 2001 dalam
Mustofa, 2013).
Menurut
Anngadiredja et al. (2006) dalam Rukmi et al. (2012), Kisaran suhu air yang optimal bagi pertumbuhan
rumput laut berkisar 20 300 C. Menurut Haslam (1995), suhu yang
tinggi dapat mempengaruhi aktivitas proses biokimia dan pertumbuhan thallus.
Hal ini disebabkan peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas O2,
CO2, N2 dan CH4 dalam air.
Substrat
Menurut
Rukmi et al. (2012), rumput laut telah banyak dibudidayakan
oleh petani rumput laut di perairan laut di kawasan pesisir. Salah satu dari
jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri adalah Gracilaria sp..Jenis rumput laut ini sangat mudah untuk
dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda dengan kondisi perairan di
laut, seperti tambak.
Tanah
pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman.Tanaman memerlukan
kondisi tanahtertentu untuk menunjang pertumbuhannya yang optimum. Kondisi
tanah tersebut meliputi faktor kandungan air, udara, unsur hara dan penyakit.
Apabila salah satu faktor tersebut berada dalam kondisi kurang menguntungkan
maka akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (Bidwell, 1979 dalam Sinulingga dan Sri).
Salinitas
Menurut
Lüning (1990) dalam Rukmi et al. (2012), bahwa Gracilaria
dapat tumbuh pada kisaran salinitas
tinggi. Gracilaria yang berasal dari kisaran geografis yang luas
tumbuh dengan baik pada salinitas 15 – 60 g/L akan tetapi pertumbuhan optimal
terjadi pada salinitas 30 g/L. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susanto et al. (1996) bahwa
pelepasan spora Gracilaria sp. biasa berlangsung pada salinitas 10 sampai
dengan 45 g/L.
Tabel
1.1 Kisaran Salinitas rumput laut Gracillaria
(Hoyle,
1975 dalam Sjafrie, 1990)
2.5
Manfaat
Rumput Laut Gracillaria verrucosa
Rumput
laut Gracillaria verrucosa dapt
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Selain itu, juga dapat
dimanfaatan di bidang farmasi,industri seperti pembutan agar–agar. Menurut
Salmi et al. (2012) dalam Sugianto et al. (2013), rumput laut
merupakan sumber pangan yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, asam amino dan mineral tinggi. Kandungan serat dan mineral rumput laut juga lebih tiggi daripada sebagian besar
buah dan sayuran.
Menurut
Simanjuntak (1995) dalam Putinella
(2001) dalam Hendrajat, et al. (2010), bahwa jenis alga merah
seperti Gracillaria sp. banyak
digunakan sebagai obat tradisional di Cina. Hasil analisis kimia menujukkan
bahwa alga tersebut mengandung senyawa terpenoid, asetogenik maupun senyawa
aromatik. Umumnya senyawa yang ditemukan pada alga merah bersifat anti mikroba,
anti inflamasi, anti virus dan bersifat fitotaksis.
Rumput
laut Gracillaria verrucosa juga mampu
merubah energi matahari menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis,
bahan organik tersebut dimanfaatkan oleh ikan-ikan serta biota-biota yang ada
di dalam perairan tersebut. Selain itu rumput laut Gracillaria verrucosa juga dapat digunakan sebagai biofilter yakni
menyerap bahan-bahan yang berbahaya bagi biota sehingga air dalam perairan
tersebut selalu jernih. Menurut Winarno (1990) dalam Rukmi, et al.
(2012), Komunitas ini berperan sebagai tempat pembesaran dan perlindungan bagi
jenis-jenis ikan tertentu dan merupakan makanan alami ikan-ikan dan hewan
herbivore.
3.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Habitat Gracillaria
verrucosa adalah di daerah litoral dan sub litoral, sampai
kedalaman tertentu, yang masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari.
Beberapa jenis hidup di perairan keruh, dekat muara sungai.
Ekologi Gracillaria verrucosa adalah rumput laut Gracilaria
sp.merupakan tumbuhan yang mempunyai toleransi terhadap perubahan kondisi lingkungan
serta dapat tumbuh pada perairan
yang tenang. Rumput laut hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan
dan melakukan fotosintesis. Jadi pertumbuhannya membutuhkan faktor-faktor
fisika dan kimia perairan seperti
gerakan air, temperatur, kadar garam, nitrat, dan fosfat serta
pencahayaan sinar matahari.
3.2
Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis
mempunyai banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan penulisan yang lebih
baik untuk karya ilmiah selanjutnya. Dan para pembaca khususnya dosen pengajar
untuk memberikan bimbingan agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan karya
ilmiah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Hendrajat, Erfan Andi., Brata Pantjara dan Markus
Mangampa. 2010. Polikultur Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Dan Rumput Laut (Gracillaria
verrucosa). Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur.
Fadilah, Siti., Rosmiati dan Emma Suryanti. 2010.
Perbanyakan Rumput Laut (Gracillaria
verucosa) Dengan Kultur Jaringan Menggunakan wadah Yang Berbeda. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Rukmi, Ayuning Smita., Sunaryo dan Ali Djunaedi. 2012. Sistem
Budidaya Rumput Laut Gracilaria verrucosa
di Pertambakan dengan Perbedaan Waktu Perendaman di Dalam Larutan NPK. Journal of Marine Research. 1 (1): 90-94.
Haryanti, Anik Muji., Sri Darmanti dan Munifatul Izzati.
2008. Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Potongan Rumput
Laut Gracilaria verrucosa sebagai
Bahan Dasar Pupuk Organik. Bioma. 10
(1): 1-6
Amalia, Dian Rizqi Nur. 2013. Efek Temperatur Terhadap Pertumbuhan
Gracilaria verrucosa. Skripsi.
Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember:
Jember.
Kartono., Munifatul Izzati., Sutimin dan Dian Insani.
2008. Analisis Model Dinamik Pertumbuhan Biomassa Rumput Laut Gracillaria Verucosa. Jurnal Matematika. 11(1): 21-24
Alamsjah, Moch. Amin., Nurines Oktavia Ayuningtiaz dan
Sri Subekti. 2010. Pengaruh Lama Penyinaran Terhadap Pertumbuhan Dan Klorofil a
Gracilaria verrucosa Pada Sistem Budidaya
Indoor. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2(1): 21-28.
Mustofa. 2013. Efek
Spektrum Cahaya Terhadap Pertumbuhan Gracilaria
verrucosa. Skripsi. Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Jember: Jember
Sjafrie, Nurul Dhewani Mirah. 1990. Beberapa Catatan
Mengenai Rumput Laut Gracilaria. Oseana.
15 (4): 147-155
Sinulingga, Maranatha dan Sri Darmanti. Kemampuan
Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut
Gracilaria verrucosa. Kemampuan Mengikat
Air oleh Tanah Pasir. 32-38
Sugiyatno., Munifatul Izzati dan Erma Prihastanti. 2013.
Manajemen Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Gracilaria verrucosa (Hudson)
Papenfus. Study Kasus : Tambak Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten
Kendal. Buletin Anatomi dan Fisiologi.
21 (2): 42-50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar